Kapan lagi...
pernah remang tanya selembut
semilir angin mendekat
Tak perlu memberikan
sepercik api
di tempat itu yang kini
berwajah tandus
Sayat dawai itu
getar nyanyian tua
Jiwanya yang menyelubung
biola tua
Yang pernah meredam
luluh lantah angkara
bertubi tanpa wajah
merampas adat dengan
nafsu kebrutalan beringas
tanpa mengerti arti welas
Gadis-gadis beringus
pernah tergambar oleh sendunya
langit meratap
tanpa sentuhan terampas
sisa langkah tumbuhnya
Goyang gemulai pada tiap titian
langkah anugerah leluhur
menyisa desahan gerus berimbas
Dada berpaling menjauh
bertebal pelapis alas
Tempat jantung hatinya terbias
para pemerhati yang memahatkan
kesetiaan tanpa batas di atas setiap ruas
Sebagai penanda kepada setiap pelintas
Bahwa ia akan tetap memberi murninya nafas
Adiluhung kesejatiannya kepada yang dipilihnya......