Memang Harus Begitu?
Ia bertanya lantang dalam
keseruan, begitu mungkin orang akan bilang
Memilih cara melihatnya bagai
yang buta dan tidak mengerti apa-apa sama sekali
Melebihi arti keadaan uzur yang
datang dari rentang pemilik kisah jati diri masa lalu
Ia kini
Ya kini saat matamu meruntun
barisan-barisan huruf ini
Adalah selembar lontar yang
pernah terkoyak oleh sejarah
Sengat berabu panas yang tak
punya cerita dari mana asal dan arah
Dikisah kabut kasar menuang
pengap keadaan meluluh-lantakkan keheningan
Jeda itu sangat... dan sangat
panjang... hingga pepohonan silih berganti tumbang melapis permukaan demi
permukaan
Pembaringan ini....
Usapan telunjuk itu memundurkan
beban seringan menguak rasa penasaran
Bagai lapisan tipis mereka
menjadi terindahnya masalalu dimunculkan sesaat
Ia tak sebatas bankai tua yang
mengering penyela rongga menempati ruang ganjal
Ia kini dan masa lalu
Nanti bila kau telah temukan
Jari itu lalu mengarah ke padamu
Ia tidak akan salah arah
mengalirkan pilihan
Karena bukankah engkau tak perlu
melebihi kesempurnaan
Untuk apalagi kedataran
dicari-cari ditenangnya permukaan telaga ini
Saat itu
Batu-batu tidak bicara dan semua
tetap diam, pasir-pasir membisu membaur bersama lumpur
Juga tak berucap apa-apa sebelum
semua terlanjur....
Hanya selembar daun itulah yang
menyembul dari balik lumpur memberi tutur
Bawalah aku...
Halus sekali
Itu bukan suara masa kini
Kamu telah berada pada pilihan
Pada langkah yang kau bawa lewat
mana menjadi berupa
Engkau bertambah
Dan itu pasti .....
Meskipun awalnya gundah menguak
seluruh rasa
Tak akan perlu engkau berlari
sekencang kuda dan mengacungkan tangan terkuatmu
Agar terjauh dari pilihanmu
sendiri ....
Ia adalah peneguh sejati
Saat menghilang dari pandangan
Yang kemudian
Membiarkan dirimu...
Mengerti setiap cucuran
keringatmu
Telah pula diberinya makna
Sesudah ia berlalu
Tanpa kesia-siaan
Membawamu tahu....
Dan semakin dalam tahu
Hingga tak tahu apa-apa lagi
Lafalanmu dan lafaz itu meniti
dan mengisi kalbu.