demi yang tersayang
Kubiarkan angan mengambang
Menelentang bebas diatas untung dan malang
Celentang tampak tangannya tiada bimbang
Terbaring diri mengamati cintanya ditimbang...
Tergeletak dalam petak -petak pembatas dilangit terbuka
Tidak hanya tergolek bagai wayang tanpa dalang
Alasan kenyang yang menjadikannya terlepa mungkin bisa dijadikan bahan gumamnya
Terbujur batang -batang sukun di bawah terik dibiarkannya bagai panjang pematang tanpa pengairan...
Tergelimpang sisi terluar dibalikkan bagai layar terkembang dicanda tangan teraliri dalamnya keingintahuan...
Kejelasan yang dipandang jelas tergelintang bentang narasi candanya seolah menuju hipotesa bagi sebuah kalangan
Terhantar senandung dengannya meringan setiap kata hingga dimudahkannya mata dan telinga jelata seolah semakin telah dianggap....
Sisi lain terjela dibalik pagar -pagar beton dengan lingkar parit dalam berlumpur aman dengan dikelilingi luas taman, juga mendengar... tentang semua itu
Dengan masih terjelepak diruangannya yang lengkap terancang bersungut panjang...
Meyakini masa lalu yang dibawanya telah terkapar menjadi sejarah hingga seolah semua bisa dilihat indah tiada layak untuk dijadikan gundah...
Tersempalai dengan arah menyeberang menuju utara terngiang satu tutur yang baginya kusam mengering, menjadi sisi dekat yang baginya kesetiaan alas pikirnya mendermakan gagasan....
Dengan membungkang aliran bebas menambahkan kelembaban agar bibirnya tetap memiliki daya tahan *
====::
malam masih panjang
sepanjang apa kisah masih bisa dikenang
Lantunan suaramu pun masih setia
Memilih untuk tengkurap juga tiada akan ada pengusik berarti menghalangi kematangan tekatmu
Tertelungkup tanpa merepotkan jarimu menekan juga mengitung jumlah langkah
Berbaring pembatas terkuat aliran panjang tempat asal aliran dan riaknya dimana piranha hidup sebagai kisah dekat keseharian sesosok wajah lembut setia mengejakan gelagat perubahan dan muasal...
Seolah setia berebahan mengelilingi tanpa menari -nari seperti manusia yang sedang kegirangan dalam kemenangan
Lembar demi lembar cara bergelimpang darinya teruntuk kesetiaan memiliki aman tiada sebut dan tuntut timbal baliknya wujud sebagaimana tegas akan ikan bergigi tajam untuk..jangan dijadikan teman selayak kita .... memang manusia
Bergolek dan bergulinganlah nanti pada bagian bening dan jauh darinya bila tiba saatnya,....
====::
kini bila kau kenali
bagaimana malam semakin larut
semakin dingin perjalanan tetap menuju
Utara....
Engkau melihat yang berselerak tanpa rok ada menawarimu...
Harapnya tiada lain agar demi hasratmu jadi bertangkup di situ
Keadaan jelampah telah ada demikian bagai sisa gorengan yang dijadikan bahan pengolah makanan penghangat....
Bila saja ia dapat mengatakan dan menamai ajakannya dengan pengertianmu tiada lain sebagai leyeh-leyeh bersamanya...
Konon bahasa tanpa kata disana menelungkup demikian usai bahasa lain dimengerti tidak mangisyaratkan apa -apa kecuali mengatakan betapa kegilaannya padamu usai semua tahu betapa besar pemberianmu..
== ==
@ndai engkau lupa siapa dirimu dan ia yang selalu menyertamu...
Kubawa engkau pada masaku ketika tiada mampu mengingat masa lalu...
Saat tudiangan demi sejurus lakunya dagangan tangan kuat itu menyebut sebut diri ini jalang
Haruskah dibiarkan menengkurap dalam ratap memelas dengan runduk memintanya mengubah sebut...?
Mengampai tempat diri ini berada tanpa butuh berjubalnya ambisi dan muslihat, sebagaiman ia memberi sebut lupa merunut dirinya yang lama bersiasat dimusim panas menanam biji busuk seolah-olah lelah menanti tumbuh..
Dia lupa tidur mengangkang karena lelap oleh atap penyirap serasa menggelap suasana ruang kala malam tidak lagi ditaburi bintang -bintang
Jika menggeletak bukan pilihan namun keadaan yang melelahkan bagaimana mungkin semua keadaan dapat begitu saja dibalikkan jadi santapan pengiring semua nyanyian....
Menggelimpang tidak selalu menjadi kesengajaan, sedikit bandingkan bila saja masih tersisa sedikit kesadaran dibenakmu melihatku yang bergelayut hingga turun dalam rimbun senandung bibirmu
Bolehkah nalar kini semakin liar menjelar sesuka hingar mudahnya datangnya cuan -cuan yang bertuan...
Tirai dibelahan ruang lain terbuka, selebar lensa jauh dari jendela hati menjerahap setiap gerak
Tiada ia mampu menembus gelapnya mata dikegelapan dalam digit ukuran pemberat menjerangkang letak dirinya oleh kemahiran semu...
Semua itu lirik yang melupakan masa lalu merangkup kerinduan dan tanyamu dengan harap penuh pengertian...
Suhu mendingin membuatmu meringkuk tiada akan ada dipusingkan orang saat berada ditempatmu sendiri ..
Jadi beda dan fatal memaksakan rebah-rebah dikeramaian perjalan yang dipenuhi hirup pikuk itu,
Telangkup dan telungkup tetap saja engkau memaksakan maksud seperti saat engkau tegar berdiri menganggap diri ini hanya mampu memberi mimpi....
Namun ada tetap harap kecil terbangnya diri ini mendekati pembatas agar melihatmu hingga jumpa untuk ada sisa kata yang dapat kau dengar...
Akankah prasyarat kan jadi terdepan atau juga dengan cara tengadah menduakan maksud dan pengertianmu bila diri ini datang sebagai kenyataan... dan pernah jadi sedemikian... telah dikesampingkan begitusaja oleh cara penerimaan....
^^^^^^^^
Tidur dan pulaskan, kukenali setiap lirik nyanyian dan pengiring terbaik buatmu saat hujan mereda dan datang lagi... seperti harapmu yang tiada kau katakan itu.
