Kupilih panggung sendiri....
Ketika tawaran demi tawaran baikmu kau sodorkan
Kegilaan telah mendera terlalu lama dalam senyapnya panggung
Tidak ada kegembiraan atau kesedihan di ruang dengar ini
Bicara sedikit pun tentang gelimangnya bayaran yang terogoh...
dengan paksa..
Ketika dawai itu mulai mengalun...
Menggemakan nadanya .... mengangkat seluruh rongga dada
Hela nafas serta merta menganggukkan persetujuan....
Akan aliran darah ang mengguncang seluruh tubuh ini...
Memutar ... memutar dan memutar ...
gerakan bagai spontan dalam iramanya menyatu....
cerita mereka akan barisan mengular di pelataran parkir...
hingga rentet panjang jajar kepala bagai akan menguras seisi loket
bukan tempat cerita untuk rasa ini menjadi peduli....
tidak lagi ada konsep dalam pikir tentang bagaimana rambut mereka
yang kelimis dan yang gundul, belia atau yang renta semua bagai berganti...
meski jubalnya tak akan sama dengan rombongan itik-itik yangg memadati
aliran sungai hingga tak tampak lagi permukaan airnya....
pada bagian yang ingat dan ingin ku katakan adalah hanya sangat kecil...
yang lainnya adalah rasa yang tak akan mampu dituang dalam kata...
Seandainya ada suara yang dinamai komentar akan arah pengaruh....
Selatan bagiku sudah tak ada bedanya dalam putaran tanpa henti ini...
Sekiranya tarian ini menjadi amatan bagi mereka telah memabukkan....
Setakar pemberian tanpa pesanan lewat nada dering pembangunnya setiap pagi....
Pelebaran gerak lalu kembali dan terus berulang dan berulang ini.....
Hanya menggantungkan arah pada yang ku pilih saat ini....
Kini ia yang tidak bersama
juga berdekat
Masa lalu bersamanya tidak bertanya
apa yang tidak bisa dilakukan bersama...
Biarlah rempah-rempah ini halus menyatu........
Agar ada rasa baru yang nantinya tecipta .....
===VIII==== 2 ===XI====1